Sebagian besar orang yang bekerja di luar kota, luar pulau, atau bahkan luar negeri, pasti sangat menantikan momen cuti. Ya, karena saat itulah mereka bisa kembali berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara. Begitu juga dengan saya yang hingga kini masih terus menunggu kesempatan itu. Keluarga saya berada di Pulau Jawa, sementara saat ini saya bekerja di Pulau Borneo.
Berbicara soal cuti, selama hampir delapan bulan berada di Borneo, saya terakhir kali mengambil cuti saat libur Idul Fitri. Jika dihitung sejak itu, berarti saya sudah sekitar tiga bulan tidak pulang. Rasa rindu pun mulai membuncah, apalagi ada yang menanti kepulangan saya di rumah.
Dulu ketika saya masih bekerja di pertambangan batu bara, ada aturan tegas mengenai cuti. Karyawan yang sudah bekerja selama dua bulan atau sekitar 60 hari diwajibkan untuk mengambil cuti selama dua minggu. Ini dilakukan demi menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karena faktor kelelahan atau fatik sangat diperhitungkan di sektor pertambangan. Namun kini saya bekerja di proyek konstruksi, dan karena ritme kerja tidak seberat tambang, jadwal cuti disesuaikan dengan kondisi proyek. Meski begitu, semua tetap patut disyukuri.
Lalu, kapan saya akan mendapatkan giliran cuti? Jawabannya adalah setelah rekan saya yang saat ini sedang cuti kembali ke lokasi proyek. Setelah itu pun belum tentu saya bisa langsung berangkat, karena masih ada beberapa urusan proyek yang harus diselesaikan. Saya hanya bisa berharap agar bulan ini segera ada kejelasan. Perkiraan awalnya, setelah tanggal 10 November sudah ada kabar pasti, tetapi hingga kini belum ada informasi resmi. Sementara di rumah, ada yang terus menantikan kehadiran saya.
Di sinilah saya mencari nafkah, di sebuah proyek pembangunan jembatan yang membentang di atas Sungai Mahakam, tepatnya di wilayah Kutai Barat, Kalimantan Timur. Proyek ini direncanakan akan selesai dan mulai beroperasi pada akhir tahun 2015.
Baiklah, sementara ini cukup sekian dulu pembaruan blog dari saya. Terima kasih kepada Anda semua yang telah berkenan singgah di blog sederhana ini dan meluangkan waktu untuk membaca catatan saya. Jangan sungkan untuk kembali berkunjung di lain kesempatan.
Mohon maaf jika tulisan ini kurang berkenan. Sudah hampir lima bulan saya tidak menulis di blog, jadi terasa cukup sulit untuk kembali merangkai kata demi kata menjadi paragraf yang enak dibaca.
Berbicara soal cuti, selama hampir delapan bulan berada di Borneo, saya terakhir kali mengambil cuti saat libur Idul Fitri. Jika dihitung sejak itu, berarti saya sudah sekitar tiga bulan tidak pulang. Rasa rindu pun mulai membuncah, apalagi ada yang menanti kepulangan saya di rumah.
Dulu ketika saya masih bekerja di pertambangan batu bara, ada aturan tegas mengenai cuti. Karyawan yang sudah bekerja selama dua bulan atau sekitar 60 hari diwajibkan untuk mengambil cuti selama dua minggu. Ini dilakukan demi menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karena faktor kelelahan atau fatik sangat diperhitungkan di sektor pertambangan. Namun kini saya bekerja di proyek konstruksi, dan karena ritme kerja tidak seberat tambang, jadwal cuti disesuaikan dengan kondisi proyek. Meski begitu, semua tetap patut disyukuri.
Lalu, kapan saya akan mendapatkan giliran cuti? Jawabannya adalah setelah rekan saya yang saat ini sedang cuti kembali ke lokasi proyek. Setelah itu pun belum tentu saya bisa langsung berangkat, karena masih ada beberapa urusan proyek yang harus diselesaikan. Saya hanya bisa berharap agar bulan ini segera ada kejelasan. Perkiraan awalnya, setelah tanggal 10 November sudah ada kabar pasti, tetapi hingga kini belum ada informasi resmi. Sementara di rumah, ada yang terus menantikan kehadiran saya.

Baiklah, sementara ini cukup sekian dulu pembaruan blog dari saya. Terima kasih kepada Anda semua yang telah berkenan singgah di blog sederhana ini dan meluangkan waktu untuk membaca catatan saya. Jangan sungkan untuk kembali berkunjung di lain kesempatan.
Mohon maaf jika tulisan ini kurang berkenan. Sudah hampir lima bulan saya tidak menulis di blog, jadi terasa cukup sulit untuk kembali merangkai kata demi kata menjadi paragraf yang enak dibaca.
Pretttt,,muleh,,muleh
BalasHapushahahaha, opo Yo?
BalasHapus