Suara azan subuh menggema, bersamaan dengan alarm di ponsel yang mulai berbunyi. Namun, tubuh masih enggan beranjak dari tempat tidur. Kebiasaan tidur larut malam membuat pagi terasa berat. Di tanah rantau, malam yang sepi kerap mengantar rasa galau dan rindu pada kampung halaman, meski baru tiga bulan lalu ditinggalkan. Dengan mata yang masih berat, saya berusaha bangkit dan mengambil wudlu. Seketika air yang membasuh wajah mengusir kantuk yang tersisa.
Usai salat subuh, saya menyalakan televisi untuk mengikuti kabar tanah air. Hari itu, berita seputar pemilihan presiden mendominasi siaran. Jam baru menunjukkan pukul setengah enam pagi. Di Balikpapan, langit biasanya masih gelap pada waktu itu, terlebih pagi itu hujan turun cukup deras, menambah sejuk suasana. Rintik hujan membasahi dedaunan di samping rumah, menciptakan nuansa yang tenang. Namun karena menonton televisi sambil berbaring, mata kembali terpejam tanpa terasa.
Langit mulai terang ketika saya terbangun. Hujan mulai reda, layar televisi masih menyala dengan siaran berita pagi, dan jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Sambil menunggu teman yang sedang mandi, saya kembali menekan-nekan remote, mencari informasi lain yang bisa mengisi pagi.
Usai salat subuh, saya menyalakan televisi untuk mengikuti kabar tanah air. Hari itu, berita seputar pemilihan presiden mendominasi siaran. Jam baru menunjukkan pukul setengah enam pagi. Di Balikpapan, langit biasanya masih gelap pada waktu itu, terlebih pagi itu hujan turun cukup deras, menambah sejuk suasana. Rintik hujan membasahi dedaunan di samping rumah, menciptakan nuansa yang tenang. Namun karena menonton televisi sambil berbaring, mata kembali terpejam tanpa terasa.
Langit mulai terang ketika saya terbangun. Hujan mulai reda, layar televisi masih menyala dengan siaran berita pagi, dan jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Sambil menunggu teman yang sedang mandi, saya kembali menekan-nekan remote, mencari informasi lain yang bisa mengisi pagi.
![]() |
Suasana depan mess karyawan di kompleks Pos 10, Balikpapan Baru, Kalimantan Timur |
Dalam rintik hujan yang masih tersisa, saya membonceng rekan sekamar menggunakan sepeda motor menuju kantor. Lima menit perjalanan cukup membawa kami tiba. Jika berjalan kaki, biasanya memakan waktu sepuluh menit. Lokasi mess memang cukup dekat dari kantor proyek.
Hari itu tak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Situasi seperti ini membuat hari terasa panjang. Di kantor hanya bisa duduk diam, berselancar di dunia maya, membuka Facebook, dan membaca berita online. Dalam kebosanan yang melanda, saya mencoba kembali menulis. Tidak mudah memulai kembali setelah sekian lama vakum. Bahkan merangkai satu kalimat terasa sulit jika tidak ada ide. Tapi pagi itu, entah mengapa, kata-kata mengalir begitu saja ke dalam dokumen Word.
Inilah saya, kembali merantau untuk kedua kalinya ke Kalimantan, tepatnya di Balikpapan. Sebelumnya, pada tahun 2011 hingga awal 2012, saya pernah bekerja di Bontang, Kalimantan Timur. Saat itu saya memutuskan berhenti bekerja demi melanjutkan kuliah S1. Setelah lulus, keinginan sebenarnya adalah bekerja di pulau Jawa, namun ternyata rezeki membawa saya kembali ke tanah Borneo. Saya mencoba menerimanya dengan ikhlas.
Tulisan ini menjadi curahan rasa rindu dari tanah rantau. Saya masih memimpikan untuk bisa menetap kembali di Jawa. Jika boleh memilih, rasanya ingin tinggal di Tembalang, Semarang. Daerah itu ramai, apalagi dekat kampus. Setahu saya ada lima perguruan tinggi di kawasan Tembalang dan Banyumanik. Suhu udaranya pun nyaman, tidak terlalu panas atau dingin.
Hari itu tak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Situasi seperti ini membuat hari terasa panjang. Di kantor hanya bisa duduk diam, berselancar di dunia maya, membuka Facebook, dan membaca berita online. Dalam kebosanan yang melanda, saya mencoba kembali menulis. Tidak mudah memulai kembali setelah sekian lama vakum. Bahkan merangkai satu kalimat terasa sulit jika tidak ada ide. Tapi pagi itu, entah mengapa, kata-kata mengalir begitu saja ke dalam dokumen Word.
Inilah saya, kembali merantau untuk kedua kalinya ke Kalimantan, tepatnya di Balikpapan. Sebelumnya, pada tahun 2011 hingga awal 2012, saya pernah bekerja di Bontang, Kalimantan Timur. Saat itu saya memutuskan berhenti bekerja demi melanjutkan kuliah S1. Setelah lulus, keinginan sebenarnya adalah bekerja di pulau Jawa, namun ternyata rezeki membawa saya kembali ke tanah Borneo. Saya mencoba menerimanya dengan ikhlas.
Tulisan ini menjadi curahan rasa rindu dari tanah rantau. Saya masih memimpikan untuk bisa menetap kembali di Jawa. Jika boleh memilih, rasanya ingin tinggal di Tembalang, Semarang. Daerah itu ramai, apalagi dekat kampus. Setahu saya ada lima perguruan tinggi di kawasan Tembalang dan Banyumanik. Suhu udaranya pun nyaman, tidak terlalu panas atau dingin.
Saya teringat pesan salah satu kakak tingkat saat kuliah di Polines yang juga seorang motivator. Katanya, “Jika kamu memiliki cita-cita, tulislah yang besar-besar agar selalu kamu ingat dan terus berusaha mewujudkannya.”
Balikpapan, 20–21 Juni 2014
Balikpapan, 20–21 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya senang mendengar pendapat Anda. Silakan tuliskan komentar, kritik, atau saran dengan bahasa yang sopan di bawah ini agar diskusi lebih nyaman.