Senin, 30 Januari 2012

Mampir ke Nusakambangan: Perjalanan Tak Terduga

 Senin, 30 Januari 2012
Minggu pagi, 23 Januari 2012, kami mengawali hari dengan salat subuh berjamaah. Acara pernikahan telah usai, para tamu juga mulai pulang. Untuk mengisi pagi, kami mengobrol santai di depan rumah mempelai wanita sambil menikmati kopi hangat. Cuaca di Cipari, Cilacap, terasa sejuk karena semalam diguyur hujan. Waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB.

Setelah sarapan dan berpamitan dengan tuan rumah, kami bersiap melanjutkan perjalanan. Tanpa sempat mandi, rombongan keluar rumah pukul 08.30 WIB. Tujuan awal adalah rumah teman Munir di Kebumen. Namun, di sebuah tugu yang mengarah ke Pantai Teluk Penyu, kami berhenti dan memutuskan untuk mampir ke sana.

Setengah jam kemudian, kami tiba di Teluk Penyu. Saat sedang menikmati suasana pantai, datang seorang nelayan menawarkan jasa perahu menuju Pulau Nusakambangan. Tarifnya Rp15.000 per orang. Kami menawar, tapi gagal. Ia pun pergi. Kami menyusuri pantai dengan motor hingga sampai di depan gerbang Benteng Pendem.

Di lokasi ini, tawaran perahu datang lagi. Kali ini Rp12.500 per orang. Kami tawar Rp10.000 dan disetujui. Dengan penuh canda, kami naik perahu dan menyeberang ke Nusakambangan. Sepuluh menit kemudian, kami tiba dan disambut pemandangan menakjubkan. Kami berfoto di berbagai spot, mulai dari batu karang hingga tulisan “Selamat Datang”.

Kami lalu masuk ke area bangunan peninggalan Belanda setelah membayar tiket. Jarak dari pantai ke lokasi sekitar 775 meter, naik turun dan cukup melelahkan. Setelah menempuhnya selama 30 menit, kami tiba di sebuah penjara tua. Kondisinya gelap dan kurang terawat. Kami hanya berani sampai di pintu masuk untuk foto-foto.

Turun kembali ke pantai, kami disambut pasir putih yang indah. Wisatawan lain tampak bersantai di atas tikar. Kami hanya duduk sambil berfoto karena tak membawa perbekalan. Sekitar pukul 12.00 WIB, kami memutuskan pulang dan menelepon nelayan untuk menjemput. Lima belas menit kemudian ia datang dan kami kembali ke Teluk Penyu.

Setelah membayar Rp60.000 untuk sewa perahu, kami menuju gerbang Benteng Pendem untuk mengambil motor. Kami sempat berfoto sebelum pergi. Lalu kami mencari masjid menggunakan bantuan GPS. Di sana, kami mencuci kaki dan muka, lalu salat dzuhur.

Pukul 13.30 WIB kami lapar dan mencari makan. Teman Hasyim Asyari melihat rumah makan dengan kolam pemancingan. Kami memesan gurami bakar. Karena menunggu lama, kami membuka laptop dan mengunggah foto ke Facebook. Makanan datang pukul 15.30 WIB, lengkap dengan es teh. Setelah makan, kami salat asar di musala rumah makan tersebut.

Dua anggota dari Banjarnegara, Yayah Fikyadi dan Unwanullah Ahmad, pamit lebih dulu karena tujuan mereka berbeda. Kami yang tersisa berempat melanjutkan perjalanan ke Kebumen. Di tengah jalan hujan turun, dan kami berhenti untuk mengenakan jas hujan. Munir tidak membawa jas, sehingga basah kuyup.

Perjalanan berlangsung sekitar satu setengah jam. Kami tiba di desa Panjangsari, Kecamatan Gombong, Kebumen, dan bermalam di sana. Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Semarang dan pulang ke rumah masing-masing.

logoblog

Thanks for reading Mampir ke Nusakambangan: Perjalanan Tak Terduga

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya senang mendengar pendapat Anda. Silakan tuliskan komentar, kritik, atau saran dengan bahasa yang sopan di bawah ini agar diskusi lebih nyaman.