Kamis, 26 Januari 2012

Menembus Hujan Menuju Banjarnegara

 Kamis, 26 Januari 2012
Touring menjadi salah satu kegiatan yang paling kami senangi. Hobi ini bermula sekitar tahun 2006, ketika beberapa teman dari luar kota datang berkunjung ke rumah saya dengan sepeda motor, setelah menempuh perjalanan panjang melintasi daerah-daerah di Pantura, Jawa Tengah. Sejak saat itu, saya mulai jatuh cinta pada aktivitas ini—kegiatan yang bukan hanya menyenangkan, tapi juga penuh nilai positif. Kami bisa menjelajah berbagai daerah sembari menjalin silaturahmi.

Perjalanan ini sendiri bermula dari sebuah rencana sederhana: menghadiri pernikahan seorang teman di Cipari, Cilacap. Pada tanggal 20 Januari 2012, kami—tim touring yang terdiri dari tiga orang—berangkat dari Semarang di tengah derasnya hujan. Start dari basecamp kami di Perumda 106, Tembalang, sekitar pukul 14.30 WIB, kami langsung melaju menuju Banjarnegara untuk menjemput seorang teman lain yang akan ikut bersama ke tujuan akhir.

Di tengah perjalanan, kami sempat beristirahat dan menunaikan sholat Ashar di sebuah masjid kecil di daerah Palagan, Ambarawa. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju Temanggung. Kami hampir saja tersesat saat melintasi sebuah pertigaan yang mengarah ke Magelang. Untungnya, papan petunjuk arah ke Temanggung berhasil menyelamatkan kami dari jalur yang salah. Waktu saat itu menunjukkan pukul 17.00 WIB.

Cuaca cerah menyambut kami ketika mulai memasuki daerah Temanggung–Wonosobo. Kami berhenti sejenak di kaki Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Kedua gunung itu berdiri megah berdampingan, dikelilingi hawa dingin yang menusuk tulang. Momen ini terlalu berharga untuk dilewatkan, maka kami bergantian berfoto di pinggir jalan dengan latar belakang gunung kembar tersebut.

 
Setelah puas mengabadikan momen, kami melanjutkan perjalanan. Saat mulai gelap, kami melihat beberapa penduduk duduk santai di pinggir jalan, menikmati senja yang merayap turun. Pukul 18.00 WIB, suara adzan Maghrib mulai terdengar dari berbagai arah. Kami pun berhenti di sebuah masjid untuk menunaikan sholat.

Tak jauh dari masjid, ada seorang pedagang bakso. Dalam cuaca sedingin Wonosobo, semangkuk bakso panas terasa begitu nikmat. Setelah kenyang dan tubuh kembali hangat, perjalanan kembali kami lanjutkan.

Tanpa bantuan GPS, kami hanya mengandalkan papan penunjuk jalan. Tiga orang dalam tim ini benar-benar buta arah di wilayah tersebut. Tapi tekad dan semangat kami cukup jadi kompas. Setelah melewati berbagai kelokan dan tanjakan khas Wonosobo, akhirnya kami tiba di Kabupaten Banjarnegara.

Di depan SMP 2 Banjarnegara, kami berhenti untuk menghubungi teman yang akan kami jemput. Pukul 19.57 WIB, kami akhirnya bertemu dan memutuskan untuk bermalam di rumahnya sebelum melanjutkan perjalanan keesokan harinya.

(Bersambung…)

logoblog

Thanks for reading Menembus Hujan Menuju Banjarnegara

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya senang mendengar pendapat Anda. Silakan tuliskan komentar, kritik, atau saran dengan bahasa yang sopan di bawah ini agar diskusi lebih nyaman.